Jumat, 26 Desember 2014

Tugas Kepri II



Bersepeda Menjadi Olahraga Ekstrem di Ketinggian 2757 Meter Passe del Stelvio


Sebetulnya saya sangat menyukai bersepeda. Bersepeda memberikan perasaan bebas apalagi bila bersepedanya di ladang terbuka pagi hari dan matahari bersinar lembut. Tiupan angin sepoi yang menyapa kulit memberikan semangat tersendiri dan membebaskan simpul-simpul ketegangan dalam tubuh.
Bersepeda pun hampir saya lakukan setiap hari, bukan hanya untuk hiburan semata saja tapi juga untuk menunaikan tugas, berbelanja, olahraga dan bersosialisasi di hampir setiap musim, terkecuali di musim salju yang deras tentunya. Bersepeda lebih dari 30 km pun pernah saya lakukan, tapi di atas jalan datar tidak terlalu ekstrim, kalau pun ada naik turunnya ya paling hanya dengan kemiringan kurang lebih 10 derajat dan tidak terlalu panjang, kalau panjang atau terlalu tinggi kemiringannya ya saya turun dari sepeda hehe.
Ketika kami berangkat dari Valdisotto/Bormio di negara bagian Lombardei naik mobil (bukan bersepeda) menuju negara bagian Süd Tirol, Italia kami dengan polos hanya mengikuti petunjuk sistem navigasi tanpa tahu akan melalui puncak pas tertinggi Itali. Ketika jalan mulai menanjak dan terus menanjak pun baru kami mulai mengira bahwa kami sedang menuju puncak gunung, tapi karena pemandangannya demikian indah, kami menikmati saja sekeliling kami.
Apalagi pemandangan yang disuguhkan alam demikian menyihir sehingga bila ada tempat enak untuk berhenti, kami pun tidak lupa untuk berhenti lalu mengabadikan setiap sudut alam yang penuh pesona di sana. Suhu 25 derajat Celcius pagi hari di ketinggian gunung memang terasa terik membakar namun lucunya tidak mampu melelehkan salju yang menempati lekukan bebatuan, anomali fenomena alam tampak mekonservasi salju dengan baik. Bahkan aliran air dari sumber di atas gunung mengalir di bawah es yang membeku.



Selama perjalanan ke atas, entah berapa puluh pesepeda kami lewati. Dan ketika dalam satu pemberhentian dan kami memotret plang petunjuk ketinggian lokasi 2487 meter! Barulah saya sadari perjuangan yang telah dilakukan para pesepeda ini. Sungguh luarbiasa kekuatan stamina, kedisiplinandan tentu saja kekuatan hobi bersepeda ekstrim para pesepeda ini.


Mereka mengayuh tanpa henti dan lelah dan barulah di ketinggian 2487 meter ini saya lihat banyak pesepeda sedang beristirahat dan siap terus melaju menuju puncak pas tertinggi Passe del Stelvio di Itali ini, padahal tingginya 2757 meter. Jumlah kelokannya bila dihitung ada 48 dari Spondinig dan 34 kelokan dari puncaknya ke arah Bormio, wowwww ….. luarbiasa, entah bagaimana mereka mampu memiliki stamina dan kekuatan baja seperti itu.
  


Melihat para pesepeda ekstrim ini, arti bersepeda menjadi bertambah dalam benak saya, terutama bahwa bersepeda juga merupakan jawaban atas tantangan diri, pengejawantahan diri, disiplin diri, pembuktian diri, uji stamina dan untuk siapa saja. Terutama bila menyaksikan betapa semangat dan seriusnya para pesepeda ekstrim ini di ketinggian yang luarbiasa, tidak hanya untuk lelaki muda saja tapi juga terlihat ada yang sudah di ambang 40 tahun dan bahkan wanita pun terlihat penuh semangat dan tekad mengayuh sepeda.

Saat jalanan mulai menurun, saya yang di dalam mobil saja merasa ngeri, bukan hanya karena kiri kanan jurang berbatu yang terjal tapi juga karena kendaraan terdorong cepat ke bawah. Kendaraan harus sering direm, telat ngerem akan berakibat fatal. Sebelumnya ketika naik kami masih bisa menikmati kiri kanan, saat menurun kami mulai tegang dan hati-hati.
Doa pun tidak henti-henti saya panjatkan, dan berharap rem mobil terus berfungsi dengan baik di ketinggian 2000-an meter dpl ini. Kalau tidak ingat masih jauh perjalanan tentu saya lebih memilih jalan kaki saking ngerinya. Tapiiii … untuk para pesepeda ekstrim ini, ternyata bagi mereka mungkin hal ini malah menantang, nyatanya ada juga yang berani meluncur cepat ke bawah. Sungguh sangat bernyali, membuat saya angkat topi untuk para olahragawan ekstrim ini. Kesimpulan saya, bersepeda di jalan datar memang mengasyikkan tapi ternyata bersepeda ke dan dari ketinggian 2757  bukanlah olahraga main-main tapi olahraga ekstrim, yang membutuhkan stamina dan nyali. Salut luarbiasa.
Teori Marvin Zuckerman: Sensation Seeking
Menurut Zuckerman, sensation seeking dideskripsikan sebagai keinginan untuk bervariasi/beragam, baru, kompleks/rumit, sensasi yang intens dan pengalaman serta kesukarelaan dalam mengambil resiko secara fisik, sosial, legal, dan secara financial demi sebuah pengalaman.
Dengan menggunakan metode factor analysis, Zuckerman (1983) mengidentifikasikan kedalam empat komponen dari sensation seeking :
1.         Thrill and adventure seeking : keinginan untuk terikat dalam aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang menantang gravitasi seperti bungee jumping, parachuting dan scuba diving.
2.         Experience seeking : mencari pengalaman baru melalui perjalanan, lagu, seni.
3.         Disinhibition : kebutuhan untuk mencari aktivitas sosial yang liar.
4.         Boredom susceptibility : ketidak toleran pada pengalaman yang berulang-ulang, rutinitas kerja, dll.
Pembahasan
            Menurut Zuckerman, sensation seeking dideskripsikan sebagai keinginan untuk bervariasi / beragam, baru, kompleks / rumit, sensasi yang intens dan pengalaman serta kesukarelaan dalam mengambil resiko secara fisik, sosial, legal, dan secara financial demi sebuah pengalaman.
            Dari pengertian sensation seeking menurut Zuckerman tersebut berkaitan dengan fenomena diatas Para pesepeda melakukan olahraga ekstrem di ketinggian 2757 meter menuju puncak tertinggi Passe del Stelvio di Itali. Mereka mengayuh sepeda tanpa henti dan lelah, dan barulah mereka beristirahat saat di ketinggian 2487 meter dan terus siap melaju menuju puncak tertinggi Passe del Stelvio, Jumlah kelokannya bila dihitung ada 48 dari Spondinig dan 34 kelokan dari puncaknya ke arah Bormio.
Dengan menggunakan metode factor analysis, Zuckerman (1983) saya mengidentifikasikan kedalam dua komponen dari sensation seeking yang berkaitan dengan fenomena yang saya analisa diatas :
  • Thrill and adventure seeking : keinginan untuk terikat dalam aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang menantang gravitasi seperti bungee jumping, parachuting dan scuba diving.
Berdasarkan fenomena diatas jika dikaitkan dengan Thrill and adventure seeking, para pesepeda ini sepertinya memang menyukai olahraga ekstrem, walaupun mereka tahu bahwa menuju puncak tertinggi Passe del Stelvio tidaklah mudah dan membutuhkan tenaga dan energy yang luar biasa agar bisa mencapai ketinggian 2757 meter. Belum lagi saat turun dari puncak, saat jalan mulai menurun, sepeda harus sering direm jika telat ngerem akan berakibat fatal bagi para pesepeda. Walaupun bagi mereka saat meluncur adalah hal yang lebih menantang lagi.
  • Disinhibition : kebutuhan untuk mencari aktivitas sosial yang liar.
Para pesepeda ini memang hobi melakukan olahraga ekstrem yang sangat menantang, apalagi saat bersepeda menuju ketinggian 2757 meter menuju puncak tertinggi Passe del Stelvio di Italy.
Referensi
Schultz dan Schultz.2005. Theories of Personality