Bersepeda
Menjadi Olahraga Ekstrem di Ketinggian 2757 Meter Passe del Stelvio
Sebetulnya saya sangat menyukai bersepeda. Bersepeda memberikan
perasaan bebas apalagi bila bersepedanya di ladang terbuka pagi hari dan
matahari bersinar lembut. Tiupan angin sepoi yang menyapa kulit memberikan
semangat tersendiri dan membebaskan simpul-simpul ketegangan dalam tubuh.
Bersepeda pun hampir saya lakukan setiap hari, bukan hanya untuk
hiburan semata saja tapi juga untuk menunaikan tugas, berbelanja, olahraga dan
bersosialisasi di hampir setiap musim, terkecuali di musim salju yang deras
tentunya. Bersepeda lebih dari 30 km pun pernah saya lakukan, tapi di atas
jalan datar tidak terlalu ekstrim, kalau pun ada naik turunnya ya paling hanya
dengan kemiringan kurang lebih 10 derajat dan tidak terlalu panjang, kalau
panjang atau terlalu tinggi kemiringannya ya saya turun dari sepeda hehe.
Ketika kami berangkat dari Valdisotto/Bormio di negara bagian
Lombardei naik mobil (bukan bersepeda) menuju negara bagian Süd Tirol, Italia
kami dengan polos hanya mengikuti petunjuk sistem navigasi tanpa tahu akan
melalui puncak pas tertinggi Itali. Ketika jalan mulai menanjak dan terus
menanjak pun baru kami mulai mengira bahwa kami sedang menuju puncak gunung,
tapi karena pemandangannya demikian indah, kami menikmati saja sekeliling kami.
Apalagi pemandangan yang disuguhkan alam demikian menyihir
sehingga bila ada tempat enak untuk berhenti, kami pun tidak lupa untuk
berhenti lalu mengabadikan setiap sudut alam yang penuh pesona di sana. Suhu 25
derajat Celcius pagi hari di ketinggian gunung memang terasa terik membakar
namun lucunya tidak mampu melelehkan salju yang menempati lekukan bebatuan,
anomali fenomena alam tampak mekonservasi salju dengan baik. Bahkan aliran air
dari sumber di atas gunung mengalir di bawah es yang membeku.
Selama perjalanan ke atas, entah berapa puluh pesepeda kami
lewati. Dan ketika dalam satu pemberhentian dan kami memotret plang petunjuk
ketinggian lokasi 2487 meter! Barulah saya sadari perjuangan yang telah
dilakukan para pesepeda ini. Sungguh luarbiasa kekuatan stamina, kedisiplinandan tentu saja kekuatan hobi bersepeda ekstrim para pesepeda ini.
Mereka mengayuh tanpa henti dan lelah dan barulah di ketinggian
2487 meter ini saya lihat banyak pesepeda sedang beristirahat dan siap terus
melaju menuju puncak pas tertinggi Passe del Stelvio di Itali ini, padahal
tingginya 2757 meter. Jumlah kelokannya bila dihitung ada 48 dari Spondinig dan
34 kelokan dari puncaknya ke arah Bormio, wowwww ….. luarbiasa, entah bagaimana
mereka mampu memiliki stamina dan kekuatan baja seperti itu.
Melihat para pesepeda ekstrim ini, arti bersepeda menjadi bertambah
dalam benak saya, terutama bahwa bersepeda juga merupakan jawaban atas tantangan
diri, pengejawantahan diri, disiplin diri, pembuktian diri, uji stamina dan
untuk siapa saja. Terutama bila menyaksikan betapa semangat dan seriusnya para
pesepeda ekstrim ini di ketinggian yang luarbiasa, tidak hanya untuk lelaki
muda saja tapi juga terlihat ada yang sudah di ambang 40 tahun dan bahkan
wanita pun terlihat penuh semangat dan tekad mengayuh sepeda.
Saat jalanan mulai menurun, saya yang di dalam mobil saja merasa
ngeri, bukan hanya karena kiri kanan jurang berbatu yang terjal tapi juga
karena kendaraan terdorong cepat ke bawah. Kendaraan harus sering direm, telat
ngerem akan berakibat fatal. Sebelumnya ketika naik kami masih bisa menikmati
kiri kanan, saat menurun kami mulai tegang dan hati-hati.
Doa pun tidak henti-henti saya panjatkan, dan berharap rem mobil
terus berfungsi dengan baik di ketinggian 2000-an meter dpl ini. Kalau tidak
ingat masih jauh perjalanan tentu saya lebih memilih jalan kaki saking
ngerinya. Tapiiii … untuk para pesepeda ekstrim ini, ternyata bagi mereka
mungkin hal ini malah menantang, nyatanya ada juga yang berani meluncur cepat
ke bawah. Sungguh sangat bernyali, membuat saya angkat topi untuk para
olahragawan ekstrim ini. Kesimpulan saya, bersepeda di jalan datar memang
mengasyikkan tapi ternyata bersepeda ke dan dari ketinggian 2757 bukanlah
olahraga main-main tapi olahraga ekstrim, yang membutuhkan stamina dan nyali.
Salut luarbiasa.
Teori Marvin Zuckerman:
Sensation Seeking
Menurut
Zuckerman, sensation seeking dideskripsikan sebagai keinginan untuk
bervariasi/beragam, baru, kompleks/rumit, sensasi yang intens dan pengalaman
serta kesukarelaan dalam mengambil resiko secara fisik, sosial, legal, dan
secara financial demi sebuah pengalaman.
Dengan
menggunakan metode factor analysis, Zuckerman (1983) mengidentifikasikan
kedalam empat komponen dari sensation seeking :
1. Thrill and adventure seeking :
keinginan untuk terikat dalam aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan,
bahaya, dan hal yang menantang gravitasi seperti bungee jumping, parachuting
dan scuba diving.
2. Experience seeking : mencari pengalaman
baru melalui perjalanan, lagu, seni.
3. Disinhibition : kebutuhan untuk mencari
aktivitas sosial yang liar.
4. Boredom susceptibility : ketidak
toleran pada pengalaman yang berulang-ulang, rutinitas kerja, dll.
Pembahasan
Menurut
Zuckerman, sensation seeking dideskripsikan sebagai keinginan untuk bervariasi /
beragam, baru, kompleks / rumit, sensasi yang intens dan pengalaman serta
kesukarelaan dalam mengambil resiko secara fisik, sosial, legal, dan secara
financial demi sebuah pengalaman.
Dari
pengertian sensation seeking menurut Zuckerman tersebut berkaitan dengan
fenomena diatas Para pesepeda melakukan olahraga ekstrem di ketinggian 2757
meter menuju puncak tertinggi Passe del Stelvio di Itali. Mereka mengayuh
sepeda tanpa henti dan lelah, dan barulah mereka beristirahat saat di
ketinggian 2487 meter dan terus siap melaju menuju puncak tertinggi Passe del
Stelvio, Jumlah
kelokannya bila dihitung ada 48 dari Spondinig dan 34 kelokan dari puncaknya ke
arah Bormio.
Dengan
menggunakan metode factor analysis, Zuckerman (1983) saya mengidentifikasikan
kedalam dua komponen dari sensation seeking yang berkaitan dengan fenomena yang
saya analisa diatas :
- Thrill and adventure seeking : keinginan untuk terikat dalam aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang menantang gravitasi seperti bungee jumping, parachuting dan scuba diving.
Berdasarkan fenomena diatas jika
dikaitkan dengan Thrill and adventure seeking, para pesepeda ini sepertinya memang
menyukai olahraga ekstrem, walaupun mereka tahu bahwa menuju puncak tertinggi
Passe del Stelvio tidaklah mudah dan membutuhkan tenaga dan energy yang luar
biasa agar bisa mencapai ketinggian 2757 meter. Belum lagi saat turun dari
puncak, saat jalan mulai menurun, sepeda harus sering direm jika telat ngerem
akan berakibat fatal bagi para pesepeda. Walaupun bagi mereka saat meluncur
adalah hal yang lebih menantang lagi.
- Disinhibition : kebutuhan untuk mencari aktivitas sosial yang liar.
Para pesepeda ini memang hobi
melakukan olahraga ekstrem yang sangat menantang, apalagi saat bersepeda menuju
ketinggian 2757 meter menuju puncak tertinggi Passe del Stelvio di Italy.
Referensi
Schultz dan Schultz.2005. Theories of Personality