1. Defenisi Kepribadian
·
Menurut Lewis Goldberg, Manusia
dibedakan menjadi beberapa karakter serta kepribadiaan yang berbeda pula di
setiap individunya. Masing-masing individu mempunyai ciri-ciri tersendiri,
sifat dan pola berfikir sendiri yang banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
mereka dibesarkan dan bentuk pendidikan yang diperoleh
·
Menurut Paul T. Costa, Jr, Kepribadian
adalah penentu dari cara-cara orang menghadapi stress
·
Sedangkan menurut Robert R. McCrae, Kepribadian
adalah dimensi perbedaan individu dalam kecenderungan untuk menunjukkan pola
konsistensi dari pikiran, perasaan, dan tindakan.
2. Struktur Kepribadian
Big
five personality merupakan pendektan dalam psikologi kepribadian yang
mengelompokan trait-trait kepribadian dengan analisis faktor. Faktor-faktor
didalam big five menurut Costa &
McCrae meliputi: (O) Openness, (C) Conscientiousness, (E) Extraversion (A)
Agreeableness, (N) Neurotisme.
·
Openness
(O)
Menilai
usahanya secara proaktif dan penghargaannya terhadap pengalaman demi kepentingannya
sendiri. Menilai bagaimana ia menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa.
Dimensi ini mengamanatkan tentang minat seseorang. Orang terpesona oleh hal
baru dan inovasi, ia akan cenderung menjadi imajinatif, benar-benar sensitif
dan intelek. Sementara orang yang disisi lain kategori keterbukaannya ia nampak
lebih konvensional dan menemukan kesenangan dalam keakraban
·
Conscientiousness (C)
Menilai kemampuan individu didalam mengorganisir,
baik mengenai ketekunan dan motivasi dalam mencapai tujuan sebagai perilaku
langsungnya. Sebagai lawannya menilai apakah individu tersebut tergantung, malas
dan tidak rapi. Dimensi ini merujuk pada
jumlah tujuan yang menjadi pusat perhatian seseorang. Orang yang mempunyai skor tinggi cenderung mendengarkan
kata hati dan mengejar sedikit tujuan dalam satu cara yang terarah dan cenderung
bertanggung jawab, kuat bertahan, tergantung, dan berorientasi pada prestasi. Sementara
yang skornya rendah ia akan cenderung menjadi lebih kacau pikirannya, mengejar banyak
tujuan, dan lebih hedonistik.
·
Extraversion
(E)
Menilai
kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal,
level aktivitasnya, kebutuhan untuk didukung, kemampuan untuk berbahagia. Dimensi
ini menunjukkan tingkat kesenangan seseorang akan hubungan. Kaum ekstravert
(ekstraversinya tinggi) cenderung ramah dan terbuka serta menghabiskan banyak
waktu untuk mempertahankan dan menikmati sejumlah besar hubungan. Sementara
kaum introvert cenderung tidak sepenuhnya terbuka dan memiliki hubungan yang
lebih sedikit dan tidak seperti kebanyakan orang lain, mereka lebih senang
dengan kesendirian.
·
Agreeableness (A)
Menilai kualitas orientasi individu dengan
kontinum mulai dari lemah lembut sampai antagonis didalam berpikir, perasaan dan perilaku. Dimensi
ini merujuk kepada kecenderungan seseorang untuk tunduk ke pada orang
lain. Orang yang sangat mampu bersepakat jauh lebih menghargai harmoni
daripada ucapan atau cara mereka. Mereka tergolong orang yang kooperatif dan percaya
pada orang lain. Orang yang menilai rendah kemampuan untuk bersepakat
memusatkan perhatian lebih pada kebutuhan mereka sendiri ketimbang kebutuhan
orang lain.
·
Neuroticism (N)
Trait ini menilai kestabilan dan ketidakstabilan
emosi. Mengidentifikasi kecenderungan individu apakah mudah mengalami stres,
mempunyai ide-ide yang tidak realistis, mempunyai coping response yang
maladaptive. Dimensi ini menampung kemampuan seseorang untuk menahan stres. Orang dengan kemantapan emosional positif cenderung berciri
tenang, bergairah dan aman. Sementara mereka yang skornya negatif tinggi
cenderung tertekan, gelisah dan tidak aman.
Dari
lima faktor didalam Big Five, masing-masing dimensi terdiri dari beberapa
facet. Facet merupakan trait yang lebih spesifik, merupakan komponen dari 5
faktor besar tersebut.
Komponen dari big five faktor tersebut menurut
NEO PI-R yang dikembangkan Costa & McCrae adalah :
a. Neuroticism
·
Kecemasan (Anxiety)
·
Kemarahan (Anger)
·
Depresi (Depression)
·
Kesadaran diri (Self-consciousness)
·
Kurangnya kontrol diri (Immoderation)
·
Kerapuhan (Vulnerability)
b.
Extraversion
·
Minat berteman (Friendliness)
·
Minat berkelompok (Gregariousness)
·
Kemampuan asertif (Assertiveness)
·
Tingkat aktivitas (Activity-level)
·
Mencari kesenangan (Excitement-seeking)
·
Kebahagiaan (Cheerfulness)
c.
Openness
·
Kemampuan imajinasi (Imagination)
·
Minat terhadap seni (Artistic interest)
·
Emosionalitas (Emotionality)
·
Minat berpetualangan (Adventurousness)
·
Intelektualitas (Intellect)
·
Kebebasan (Liberalism)
d.
Agreeableness
·
Kepercayaan (Trust)
·
Moralitas (Morality)
·
Berperilaku menolong (Altruism)
·
Kemampuan bekerjasama (Cooperation)
·
Kerendahan hati (Modesty)
·
Simpatik (Sympathy)
e.
Conscientiousness
·
Kecukupan diri (Self efficacy)
·
Keteraturan (Orderliness)
·
Rasa tanggungjawab (Dutifulness)
3. Proses Kepribadian
Allport percaya bahwa sifat
merupakan unit dasar kepribadian. Menurut Allport, sebenarnya sifat itu ada dan
berkedudukan di sistem saraf. Mereka mempresentasikan disposisi kepribadian
umum yang menjelaskan keteraturan fungsi seseorang dari satu situasi ke situasi
yang lain dan dari satu waktu ke waktu yang lain. Baik teori Eysenck maupun
Cattell memiliki asumsi yang sama tentang karakteristik alamiah sifat
kepribadian dan kegunaan analisis faktor dalam mengidentifikasikan sifat
seseorang. Diantara ketiga tokoh pendekatan trait terdapat pandangan mengenai
penggunaan faktor analisa, mengenai jumlah dan dimensi sifat dasar yang
diperlukan untuk mampu mendeskripsikan kepribadian.
Dari
sini big five personality mulai ditemukan. Pada awalnya diperkenalkan oleh
Lewis R.Goldberg. Mula-mula hanya ditemukan tiga trait, yang diantarnya yaitu
neuroticism, extraversion, openness. Lalu, teorinya tersebut dikembangkan oleh
Paul T.Costa dan Robert R McCrae dengan menambahkan dua trait lagi agar tedapat
lima trait yang sesuai dengan sebutan Big Five. Kedua trait tersebut yaitu
agreeblesness dan conscientiousness.
4.
Perkembangan
Kepribadian
Perkembangan
kepribadian menurut Cattell yaitu proses belajar yang merupakan
kejadian-kejadian sebagai penjelmaan dari pada pola tingkah laku. Jika ada
pola penyesuaian (faktor endogen) bertemu dengan keadaan yang berpengaruh
terhadap pola penyesuaian tersebut (faktor eksogen) maka akan menimbulkan hasil dalam kepribadian
yang berwujud perubahan atau
perkembangan,dan hal inilah yang
dilalui oleh individu dalam jalan perkembangannya.
Kepribadian seseorang
dipengaruhi oleh unsur nature dan nurture. Hal inilah yang menyebabkan
setiap individu memberikan respons yang berbeda pada setiap stimulus atau
tindakan yang dilakukan kepadanya. Secara umum periset Big five telah memfokuskan
karya mereka pada stabilisasi dan perubahan-perubahan kepribadian. Openness,
Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism adalah sifat-sifat
yang ada dalam teori Big five. Traits ini ada karena banyak analis muncul dari
kepribadian manusia yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Model
ini muncul dari analisis faktor kata sifat yang digunakan untuk menggambarkan
kepribadian dan dari analisis faktor berbagai tes dan skala keperibadian yang
setara. Pendekatan big five terhadap kepribadian kebanyakan didasarkan pada
penelitian-penelitian, yang didasarkan pada teori pendekatan induktif terhadap
kepribadian yang memiliki arti bahwa
teori dihasilkan jika tidak dikumpulkan dengan- cara yang baik dan
komprehensif, hasil yang didapatkan akan memiliki validitas yang terbatas.
Banyak peneliti yakin bahwa dasar biologis dari Big Five biasanya akan
ditemukan, sebaliknya dimensi big five kebanyakan berasal dari pendekatan
leksikal terhadap trait.
5.
Psikopatologi &
Perubahan Prilaku
Terjadinya Psikopatologi menurut
Pendekatan Trait Theory (Eysenck, Cattle).
Mungkin dua atau tiga dimensi trait
big five adalah bagian inti organisme dan dua atau tiga lainnya hanya sekedar
turunan. Mungkin predisposisi faktor
biologis memengaruhi seseorang unuk berlaku seperti salah satu dari tiga tipe
cara, tetapi hal ini masih bisa dibagi dalam tingkat aktivitas, sosiabilitas, dan
tingkat keceriaan. Hal tersebut adalah pemikiran Hans Eysenck.
Sementara
Cattle percaya bahwa teori kepribadian seharusnya menjadi kriteria pemilihan
variable, yaitu data yang digunakan dalam analisis faktor. Dan ketika banyak
penelitian big five sepenuhnya menggunakan pendekatan induktif, Eysenck yakin bahwa berbagai jenis
informasi ini seharusnya juga menentukan pemilihan faktor tersebut dan analisis faktor sendiri saja seharusnya
tidak mengarahkan kita dalam mengkonstruksikan dimensi dasar kita. Contohnya
bahwa terdapat bukti bahwa tendensi orang pada beberapa karakteristik tingkat
kecemasan, keramahan, kepercayaan diri, dan keterbukaan pada pengalaman baru
umunya tetap stabil sepanjang masa dewasa. Eysenck adalah Extroversion yang mencakup faktor keramahan dan
sensitivitas dari Cattle. Yang kedua adalah Neuroticism dimensi ini mencakup
faktor ketidak stabilan emosi dan kekhawatiran dari Cattle. Faktor ketiga,
Psychomaticism yaitu kecendetungan menderita psikopatologi, yang melibatkan
inpulsivias dan ketajaman. Psyhitician mencakup beberapa faktor kecenderungan
untuk keras kepala dan ketekunan dari Cattle. Dalam model big five,
Psychoticism dari Eysenck mirip dengan model big five.
Pendekatan
Eysenck adalan salah satu pendekatan yang berusaha menjelaskan dasar biolodis
kepribadian (apa yang disebur Allport sebagai psikofisik), teori kepribadian
dan bukti yang muncul dari analisis statistik dan empiris dari trait.
Teori Abnormalitas
Cattle
setuju dnegan pandangan klinis bahwa neorosis leh psikosis itu terjadi akibat
adanya konflik ang tak terpecahkan dalam diri individu. Dia kemudian berusaha
mengembangkan teknik kuantitatif untuk membantu trapis melakukan diagnosis dan
melakukan treatment. Setiap konflik
selalu ada sekian banyak attitud dan sentiment yang terlibat, sehingga muncul
pilihan tingkah laku yang tidak dikehendaki. Cattle menyarankan kepada klinisan
untuk mengukur tingkah laku yang besaan variable-variable itu dan memasukkan
nilai variable-variable motivator dan sumber konfllik keadaan persamaaan
tingkah laku. Persamaan itu tidak menjamin bahwa semua yang perlu diperhatikan
dan diperhitungkan sebagai penyebab konflik , sudah diperhatikan.
Neurosis
Neorosis pola tingkah laku yang ditunjukan oleh
seseorang yang merasa dirinya mengalami kesulitan emosional tetapi tidak
menunjukkan gangguan psikotik. Definisi ini sangat operasional karena menurut
Cattle pemahaman tentang neourosis harus
dimulai dengan pengukuran untuk mengidentifikasikan perbedaaan orang-orang
neurosis dengan normal. Ternyata perbedaan normal dan Neurotik dan psikotik buka hanya perbedaan tingkatan,
tetapi perbedaan dimensi.
Psikosis
Psikosis
adalah bentuk gangguan mental yang berbeda dengan neurosis, dimana individu
kehilangan kontak dengan realita dan embutuhkan perawatan untuk melindungi
dirinya dengan orang lain.. Jadi
perbedaan dengan neurotik adalah psikotik tidak memiliki pemahaman terhadap
masalahnya sendiri, tidak dapat merawat diri, dan mungkin membahayakan orang
lain, dan dirinya sendiri. Menurut Cattle, psikosis manis-deprisif dan
scizoofrenia menyumbang terjadinya psikotik. Banyak bukti orang tua penderita
manis-depresif lebih hangat dan melindungi dibandingkan sengan orang tua
penderita skizofrenia. Orang tua penderita scizoofrenia lebih ambivalen.
Disekolah, psikotik biasanya tidak pintar bicara, nilai mamtematikanya rendah,
ingatannya buruk, tidak dapat berkonsentrasi, lamban dalam membaca dan
aspirasinya tidak realistik.
Karakteristik
Skor yang Lebih Tinggi
|
Skala Sifat
|
Karakteristik
Skor yang Lebih Rendah
|
Cemas,
gugup emosional, merasa tidak aman, merasa tidak mampu, mudah panic
|
(N)
NEUROTICISM
Penilaian
stabilitas emosional dengan cakupan-cakupan perasaan negative yang kuat
termasuk, kecemasan dan kesedihan
|
Tenang,
santai, tidak emosional, merasa aman, puas terhadap dirinya
|
Dapat
bersosialisasi, aktif, senang berbincang, optimis, menyukai keriaan.
|
(E)
EXTRAVERSION
Menilai
kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal, tingkatan aktifitas,
kebutuhan akan dorongan dan kapasitas kesenangan.
|
Menahan
diri, bijaksana, tidak gembira, meyendiri, berorientasi pada tugas, menarik
diri, lebih banyak berdiam
|
Rasa ingin
tahu, minat yang luas, kreatif, imajinatif, tidak tradisional
|
(O)
OPENNESS
Menilai
pencarian proaktif dan penghargaan terhadap pengalaman untuk dirinya sendiri
|
Konvensional,
minat sedikit, tidak artistic, tidak analitis
|
Lembut,
ramah, dapat dipercaya, suka menolong, terang-terangan
|
(A)
AGREEABLENESS
Menilai
kualitas dari apa yang dilakukan dengan orang lain dan apa yang dilakukan
terhadap orang lain.
|
Sinis,
kasar, curigaan, pendendam, pemarah, kejam
|
Teratur,
pekerja keras, dapat diandalkan, disiplin, tepat waktu, rapi, ambisius.
|
(C)
CONSCIENTIOUSNESS
Menilai
prilaku yang diarahkan pada tugas dan tujuan dan control dorongan secara
sosial.
|
Tanpa
tujuan, malas, acuh, tidak berjuang, tidak dapat diandalkan
|
6.
Isu-Isu Penting Kepribadian
Defenisi
Cattel mengenai kepribadian memberi kita petunjuk tentang pandangannya terhadap
sifat manusia. Dia menyatakan bahwa “Kepribadian adalah suatu yang memungkinkan
akan sebuah prediksi tentang apa yang akan manusia lakukan dalam
situasi-situasi tertentu”. Untuk membuat prediksi tentang hal-hal yang
memengaruhi perilaku, maka hal itu harus sah dan benar-benar baik. Suatu prediksi akan menjadi sangat sulit jika
dibuat tanpa keteraturan dan konsistensi dalam kepribadian.
1. Free
will vs Determunisme
Menurut Cattel spontanitas dalam
prilaku manusia itu sedikit. Karena spontanitas akan membuat prediksi
terhadap prilaku manusia menjadi sulit sebab kita tidak akan tahu apa yang akan
manusia lakukan jika semua manusia melakukan segala hal dengan spontan.
Sehingga, Cattel menyadari bahwa sifat-sifat manusia lebih cenderung ke arah
determinism (dibatasi) dari pada prilaku yang free will (tidak terbatas).
2. Nature
vs Nurture
Menurut McCrae dan Costa, mereka lebih
menekankan pada sifat yang diturunkan secara biologi (nature) sebagai hal yang
mempengaruhi kepribadian daripada hal-hal yang didapatkan melalui pengalaman
(nurture). Namun, Cattel berpendapat bahwa baik nature (faktor
keturunan) maupun nurture (lingkungan sosial) sama-sama memengaruhi kepribadian
seseorang.
3. Past vs
Present
Cattel berpendapat bahwa kita tidak akan memperoleh
prediksi perilaku secara utuh bila hanya dilihat dari pengaruh kejadian-kejadian
kehidupan yang baru (present experiences). Tetapi Cattel percaya bahwa
kejadian-kejadian masa lalu, termasuk masa kanak-kanak kita (past experiences)
juga memengaruhi prediksi kepribadian
seseorang secara permanen.
4. Uniqueness
vs Universality
Dalam teori
big five, dikatakan memiliki Uniqueness karena mempunyai trait dengan
keunikannya masing-masing. Dan setiap trait ini juga mempunyai ciri atau
facetnya masing-masing. Dikatakan universal adalah karena menurut teori ini,
kelima trait ini dimiliki oleh semua individu. Universality ini merupakan ciri kepribadian
secara umum, dan menjadi acuan dalam menentukan, mengidentifikasi kepribadian
tiap individu. Cattel berpandangan bahwa uniqueness dan universality memiliki
posisi yang seimbang. Tidak ditemukan ciri-ciri umum yang berlaku bagi setiap
orang dalam suatu budaya dan ciri sifat unik (uniqueness) yang biasanya
menggambarkan setiap individu.
5. Equilibrium
vs Growth
Dalam teori
ini, equilibrium dan growth memiliki posisi yang seimbang. Disini tidak terlalu
banyak dijelaskan bagaimana teori ini memberikan keterangan tentang
keseimbangan dan pertumbuhan dalam hidup manusia dengan pembentukan
kepribadian. Dimana, keseimbangan dan pertumbuhan ini melibatkan kepentingan
dan akhir dari tujuan hidup manusia. Tetapi, McCrae dan Costa yakinsetiap orang
memiliki level tertentu dari masing-masing five factor, kemudian akan
mempengaruhi pengalaman dan perkembangan kepribadian psikologis.
6. Optimistic
vs Pesimistic
Cattel memandang sifat manusia dengan lebih
jelas. Di tahun-tahun permulaannya, dia sangat optimis tentang adanya suatu
kemampuan dalam setiap orang untuk mengatasi permasalahan-permasalahan sosial.
Cattel memperkirakan bahwa kita seharusnya memiliki kesadaran besar untuk
mengontrol lingkungan hidup kita. Ia mengharapkan untuk dapat melihat kenaikan
intelegensi manusia bersamaan dengan perkembangan kehidupan komunitas yang
lebih ramah sebagai kreatifitas warga negara yang menduduki suatu tempat. Pada
kenyataannya, harapan Cattel tersebut tidak terpenuhi dan akhirnya ia harus
percaya bahwa sifat perilaku manusia dan masyarakat mengalami kemunduran.
7.
Assessment
Setiap individu tentu
memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Lima dimensi kepribadian yang dinamakan
dengan The Big Five Trait, diantaranya terdiri dari openness,
conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism.
Terdapat beberapa alat ukur yang
dapat digunakan untuk mengukur Big Five Trait Factors, diantaranya yaitu :
Ø BFI (Big
Five Inventory)
Ø NEO-PI-R
(NEO-Personality Inventory Revised)
Ø PCI
(Personality Characteristic Inventory)
BFI (Big Five Inventory)
Big Five Inventory merupakan tes yang terdiri dari empat puluh
empat item sebagai usaha untuk menjawab kebutuhan akan tes yang praktis dan
singkat yang dapat mengukur dan mengidentifikasi komponen dari Big Five
Personality. Empat puluh empat item
dari Big Five Inventory dikembangkan dan menjadi representasi dari
kelima Public Big Five Personality. Tujuan dari tes ini adalah terciptanya inventori
yang ringkas, flexible, dan efisien dalam melakukan penilaian terhadap 5
dimensi dari Big Five Personality.
NEO-PI-R (NEO-Personality
Inventory Revised)
NEO-PI-R adalah sebuah alat ukur yang
dikembangkan oleh Costa dan McCrae dengan cara menggunakan kuisioner yang
dirancang untuk mengukur Big Five Traits. Mereka membedakan masing-masing dari
kelima dimensi kepribadian tersebut dengan mengembangkan enam facet yang
sifatnya lebih spesifik. Setiap facet diukur oleh 8 item, maka NEO-PI-R terdiri
dari 240 item (5 faktor x 6 facet x 8 item). Kelebihan dari alat ukur NEO-PI-R
yaitu sifatnya yang cross cultural sehingga memudahkan untuk mereplikasi jika
terdapat budaya-budaya yang berbeda-beda.
IPIP (International
Personality Item Pool)
IPIP website merupakan suatu usaha
secara internasional untuk mengembangkan sebuah set inventori kepribadian yang
berasal dari item-item domain publik daan skala tersebut dapat digunakan untuk
tujuan ilmiah maupun tujuan komersil.
DAFTAR PUSTAKA
Pervin, L.A & John, O.P.
2001. Personality;Theory and Reasearch. 8 ed. New York:John Wiley
& Sons, Inc.
Schultz & Schultz. 1994. Theories
of Personality. 5 ed. Belmont: Wadsworth, Inc.
Lahey,
Benjamin B. 2007. Psychology an introduction. New York: The McGraw Hill
Companies, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar