1.1.
Sejarah
Singkat
Teori psikoanalisa dikembangkan oleh
Sigmund Freud, seorang neurolog dari Austria. Beliau lahir di Moravia, 6 Mei 1856 dan meninggal di London, 23 September 1939. Ketika Freud lahir, ayahnya berumur 40 tahun dan
ibunya (istri ketiga dari ayah
Freud) berumur 20 tahun. Ayahnya sangat ketat dan otoriter. Saat dewasa, Freud mengenang masa kecilnya yang penuh kebencian, dendam, dan marah terhadap ayahnya. Beliau menulis
bahwa merasa unggul atas ayahnya
pada awal umur dua tahun.
Ibunya ramping dan menarik.
Perlakuannya terhadap Freud kecil sangat protektif dan penuh kasih sayang. Freud merasa penuh gairah, situasi yang menyusun tingkat dari konsep
mendatangnya tentang Oedipus Kompleks (penyimpangan). Banyak dari teori Freud yang menggambarkan pengalaman masa
kecilnya dan untuk itu dapat dianggap sebagai autobiografi yang natural. Sepanjang karakteristik dari kepribadian Freud selama hidupnya adalah orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi, ambisi kuat untuk sukses, dan mimpi atas kemenangan dan ketenaran.
Saat di sekolah kedokteran, Freud memulai eksperimen
dengan
cocaine (pada saat itu cocaine bukan merupakan obat-obatan ilegal dan masih belum
diketahui bahwa cocain dapat menyebabkan efek adiktif). Ia menjadi sangat antusias
tentang zat
tersebut, dan zat
ajaib yang akan menyembuhkan
banyak penyakit dan menjadi sarana mengamankan pengakuan yang diinginkannya. Karena artikelnya tentang manfaat cocaine, yang kemudian dihakimi sebagai wabah penggunaan cocaine di Eropa
dan United States, ia dikritik untuk bagiannya dalam melepaskan wabah cocaine.
Freud belajar selama beberapa bulan
di Paris dengan
psikiater Jean Martin
Charcot, pelopor dalam
penggunaan hipnosis. Charcot
juga mengingatkan Freud dengan dasar seksual
mungkin neurosis. Setelah beberapa tahun dalam
praktek klinis, Freud yakin bahwa
konflik seksual adalah
penyebab utama dari semua neurosis.
Merupakan
suatu paradoks bahwa Freud, yang
menekankan pentingnya seks dalam kehidupan emosional, mengalami begitu banyak
konflik seksual pribadi.
Sikapnya terhadap seks negatif. Dia menulis tentang
bahaya seks, bahkan bagi mereka
yang tidak neurotik. Tindakan seks merendahkan,
ia menulis, karena terkontaminasi pikiran dan tubuh. Kehidupan seksnya sendiri pada usia 41 tahun.
Selama 3 tahun, Freud mem-psikoanalisakan
dirinya melalui studi mimpinya. Dengan demikian, ia merumuskan banyak teori sekitar
konflik neurotik sendiri
dan pengalaman masa kecil, seperti
yang disaring melalui penafsiran
tentang mimpi-mimpinya. Teori
Freud, kemudian, dirumuskan awalnya secara
intuitif, yang diambil dari pengalaman
dan kenangan.
1.2.
Definisi Kepribadian
Freud mengamati faktor-faktor yang tidak disadari (unconscious) sebagai sumber masalah bagi pasien-pasiennya. Ia tidak menjelaskan definisi kepribadian secara
tertulis. Bagi Freud,
“Tujuan Psikoanalisis hanyalah mengungkapkan
ketidaksadaran dalam kehidupan mental”. Konsep bawah sadar menyatakan ada-nya
aspek aktivitas kita yang tidak disadari sepenuhnya. Teori kepribadian psiko-analitis mengindikasikan banyak perilaku kita, mungkin sebagian besarnya, ditentukan oleh kekuatan bawah sadar, dan banyak energi fisik kita yang dicurahkan untuk menemukan ekspresi ide bawah
sadar.
1.3.
Struktur Kepribadian
Freud membagi struktur kepribadian
dalam teori psikoanalisa ke dalam tiga komponen penting, yaitu: id, ego,
dan superego. Mereka berinteraksi
satu sama lain dan tidak
berpisah.
Id
Id merupakan sistem kepribadian yang
asli atau struktur kepribadian yang paling mendasar, tempat di mana ego dan
superego berkembang. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle). Prinsip kesenangan merujuk
pada pencapaian kepuasan sesegera mungkin. Id bersifat menuntut, impulsif, buta,
irasional, asosial, egois, dan
menyukai kesenangan. Untuk
mencari pemuasan, seseorang dapat melakukannya melalui tindakan langsung (reflex action) atau melalui
peng-imajinasian
bahwa dia mendapatkan yang diinginkannya (primary-process thought).
Ego
Fungsi ego adalah untuk mengekspresikan dan memuaskan hasrat id sesuai dengan dua hal: peluang dan hambatan yang ada di dunia nyata, dan tuntutan superego nantinya. Ego mengikuti prinsip kenyataan (reality principle). Ego menurut Freud bersifat logis, rasional, dan toleran terhadap tegangan. Dalam tindakannya, ego dikontrol oleh tiga hal, yaitu: id, superego dan dunia nyata. Dalam mencapai kepuasan, ego berdasar pada proses sekunder. Proses
sekunder yang dimaksud adalah berpikir realistis dan rasional.
Superego
Superego merupakan perwujudan internal dari nilai-nilai
dan cita-cita sebagaimana diterangkan orangtua kepada anak mengenai nilai baik,
buruk, benar dan salah. Superego merupakan representasi internal aturan moral dunia sosial dan
eksternal. Dia berfungsi mengontrol perilaku sesuai dengan aturan-aturan, memberikan imbalan (rasa bangga, menyukai
diri sendiri) bagi perilaku
“baik” dan hukuman (rasa bersalah, merasa inferior) untuk perilaku yang “buruk” (ego-ideal).
1.4.
Perkembangan Kepribadian
Frued membagi perkembangan kepribadian
itu dalam 5
tahap yaitu:
oral, anal, phallic, talensi dan genital.
1.
Tahap Oral
Tahap ini berlangsung 1-2 tahun pertama
kehidupan. Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Macam-macam aktivitas oral,
yaitu:
mengisap, menggigit dan menelan makanan. Pada fase ini balita merasa puas bisa
makan dan menyusui sehingga terjadi hubungan yang emosional antara anak dan ibu.
Ada
2 cara berperilaku pada tahap ini:
·
Incorporative oral, yang termasuk pada
incorporative oral ini adalah makan, minum, mengisap dan mencium.
·
Oral aggressive, ini terjadi jika anak merasa
kesakitan, frustasi atau hal lainnya yang mengganggunya.
2.
Tahap anal
Tahapan ini berlangsung antara usia 1
dan 3 tahun. Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di ujung
bawah dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada
otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu.
Pada fase ini seringkali orang tua
merasa direpotkan dengan perilaku balita yang suka buang air sembarangan tanpa
memperhatikan waktu dan tempat, sehingga seringkali orang tua menjadi keras ke
anaknya dan membuat anak tersebut menjadi gagal melewati fase ini. Kegagalan
pada fase ini akan menciptakan orang dengan kepribadian agresif dan kompulsif,
beberapa mengatakan kelainan sado-masokis disebabkan oleh kegagalan pada fase
ini.
3.
Tahap phallic
Selama tahap perkembangan kepribadian
ini yang menjadi pusat adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan
dengan mulai berfungsinya organ-organ genital. Tahap ini terjadi selama umur 4
sampai 5 tahun.
Tahap phallic ini disebut juga dengan fase erotik, fase ini berkembang pada anak
umur 3 sampai 6 tahun. Fase tampak
paling menonjol pada anak
laki-laki dimana anak ini suka memegangi penisnya, dan ini seringkali membuat marah
orangtuanya. Pada fase ini Frued juga mengemukakan tentang masalah Oediphus dan
Electra complex tentang kelekatan anak laki-laki kepada ibunya dan juga ada
teori tentang "penis envy" dan ini terjadi pada anak perempuan dimana
anak perempuan ini akan dekat kepada bapaknya. Kegagalan pada fase ini akan
menciptakan kepribadian yang imoral dan tidak tahu aturan.
4.
Tahap latensi
Tahapan ini berlangsung antara
kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Merupakan tahap yang paling baik
dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini seksualitas
seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten. Kegagalan pada fase
ini akan menyebabkan kepribadian yang kurang bersosialisasi dengan
lingkungannya.
5.
Tahap genital
Tahapan ini berlangsung antara
kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Kateksis-kateksis dari masa-masa
pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan
kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan orang lain
dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan
tubuh bagi anak.
Pada tahap ini anak mulai menyukai
lawan jenis dan melakukan hubungan percintaan lewat berpacaran. Dan pada masa
ini pula seorang anak akan mulai melepas diri dari orangtuanya dan belajar
bertanggung jawab akan dirinya.
1.5.
Proses Kepribadian
Freud memandang organisme manusia sebagai
suatu sistem energi yang kompleks.
Aspek proses dari teori psikoanalitis Freud, yaitu konseptualisasi dinamis
motivasionalnya.
Insting
Insting merupakan sumber segala energi fisik dalam tubuh yang berada dalam kondisi bergejolak sehingga mencari ekspresi dan berusaha mengura-ngi tegangan.
Freud mengklasifikasikan insting ke dalam
dua kelompok, yaitu:
1.
Insting hidup, merupakan dorongan yang diasosiasikan dengan insting ego dan seksual; dengan kata lain insting untuk hidup mendorong orang untuk menjaga aspek “keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme”.
2.
Insting mati, merupakan insting yang
mengarah pada tujuan organisme untuk mati atau kembali kepada kondisi organis. Menurut Freud, kehidupan
hanyalah jalan memutar ke arah kematian.
Kecemasan
Rasa cemas adalah pengalaman emosional menyakitkan
yang merepresen-tasikan ancaman atau bahaya kepada seseorang.
Freud
membedakan tiga macam kecemasan, yakni kecemasan realitas, kecemasan neurotik,
dan kecemasan moral. Kecemasan
realitas merupakan rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar. Kecemasan
neurotik muncul sebagai konflik akan id dan ego. Kecemasan
moral adalah fungsi bagaimana mengembangkan superego dengan baik.
Mekanisme pertahanan mengatasi kecemasan
Mekanisme
pertahanan merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan. Mekanisme pertahanan terdiri atas:
1.
Repression: Mekanisme pertahanan dimana pemikiran, ide,
atau hasrat dihilangkan dari
kesadaran. Represi merupakan mekanisme pertahanan dasar
yang terjadi ketika memori, pikiran atau perasaan yang menimbulkan kecemasan
ditekan keluar dari kesadaran oleh ego.
2.
Denial: Mekanisme pertahanan dimana realitas
internal atau eksternal yang menyakitkan ditolak
3.
Reaction Formation: Mekanisme pertahanan dimana lawan dari
impuls yang tidak dapat
diterima diekspresikan.
4.
Projection: Mekanisme pertahanan dimana pengendalian pikiran, perasaan,
dorongan diri sendiri kepada orang lain
5.
Regression: Mekanisme pertahanan dimana kembali ke masa
dimana hidupnya masih menyenangkan dan bebas dari rasa frustasi dan cemas
6.
Rationalization: Mekanisme pertahanan dimana mencoba
memberikan dalih yang dapat diterima
untuk motif atau tindakan yang tidak dapat diterima
7.
Displacement: Mekanisme pertahanan dimana proses pengalihan perasaan dari objek asli ke objek pengganti
8.
Sublimation: Mekanisme pertahanan dimana mengubah berbagai rangsangan
yang tidak diterima ke dalam bentuk-bentuk yang bisa diterima secara sosial
1.6.
Psikopatologi
Psikopatologi adalah studi tentang penyakit mental, tekanan mental, dan abnormal. Psikopatologi terdiri
dari dua kata yaitu, pathos dan logos yang mempunyai pengertian
penyimpangan dari kondisi normal ke arah negatif.
1.
Oedipus Complex pada laki-laki
Konflik dasar tahap phallic berpusat pada keinginan
bawah sadar anak untuk
orang tua dari lawan
jenis. Bersamaan
dengan itu anak
memiliki keinginan bawah sadar untuk mengganti
atau menghancurkan orang tua dari jenis kelamin yang sama. Dari
identifikasi Freud tentang konflik ini, muncul salah satu konsep yang paling terkenal yaitu: oedipus kompleks.
Freud
mengembangkan eodipus kompleks bagian
laki-laki lebih lengkap. Di oedipus kompleks, ibu
menjadi objek cinta untuk anak laki-laki. Melalui fantasi dan perilaku, ia
menampilkan keinginan seksual untuk Ibu. Anak itu melihat ayah sebagai hambatan di jalannya dan
menganggap dia sebagai saingan dan ancaman. Ia melihat bahwa ayah memiliki hubungan khusus dengan ibu di mana ia, anak itu, tidak
diperbolehkan untuk berpartisipasi. Sebagai hasilnya, anak
menjadi cemburu dan kemudian memusuhi ayah. Freud menarik formulasinya tentang eodipus kompleks berdasarkan pengalaman masa kecilnya.
Bersamaan
untuk menggantikan ayahnya, ketakutan yang muncul bahwa
ayah akan membalas
dan membahayakan dirinya. Ia
menafsirkan dalam organ seksual, menjadi takut bahwa ayahnya
akan memotong organ
seksualnya, yang merupakan sumber
kesenangan dan keinginan seksual. Freud menyebutnya kecemasan
castration. Kecemasan
castration adalah ketakutan anak laki-laki selama periode oedipal bahwa
organ seksualnya akan dipotong.
2.
Oedipus
complex untuk perempuan
Freud kurang
menjelaskan
tentang konflik phallic pada perempuan, yang
beberapa pengikutnya menyebutnya sebagai kompleks electra. Ayah dalam hal ini menjadi objek cinta baru gadis itu.
Freud mengatakan karena reaksi gadis itu untuk penemuannya bahwa anak
laki-laki memiliki penis dan
perempuan tidak (penis-envy). Gadis
itu menyalahkan ibunya untuk kondisi yang lebih
rendah dan akibatnya kurang mencintai ibunya. Dia bahkan mungkin
membenci ibu atas apa yang dibayangkan akan ibu lakukan
padanya. Dia kemudian mengalihkan rasa sayangnya pada sosok ayah.
3.
The Phallic Personality
Konflik phallic dan derajat resolusi mereka sangat penting dalam menentukan hubungan
dewasa dan sikap terhadap lawan jenis. Penyelesai-an masalah yang buruk akan menyebabkan suatu bentuk intim
seperti kecemasan castration dan penis-envy.
Freud menggambarkan
kepribadian phallic laki-laki sebagai kurang
ajar, sia-sia, dan percaya diri.
Pria dengan kepribadian ini mencoba untuk
menegaskan atau mengekspresikan
maskulinitas mereka melalui kegiatan seperti penaklukan seksual yang berulang. Kepribadian phallic perempuan, didorong
oleh penis-envy, melebih-lebihkan
feminitas dan menggunakan
bakat dan pesonanya untuk menaklukkan laki-laki.
1.7.
Assesment
dan Terapi
1. Asosiasi bebas
Asosiasi bebas dilakukan dengan pembicaraan antara analisis dengan klien,
analisis membiarkan pasien mengatakan apapun. Arah pembicaraan tidak ditentukan
terlebih dahulu. Psikoanalisis menyakini bahwa segala ekspresi individu, termasuk
kata-kata yang diucapkannya, bukanlah kebetulan. Tidak ada kata yang tidak
disengaja dan tidak bermakna. Oleh karena itu, pasien tidak dihambat untuk
mengatakan apapun, sekalipun pikiran yang muncul dalam diri pasien terkadang
terkesan remeh, tak berarti, tak berkaitan satu sama lainnya, bahkan bagi diri
pasien sendiri.
Freud menyebut tekniknya sebagai catharsis. Catharsis adalah ekspresi dari emosi yang diharapkan dapat mengarah pada pengurangan gejala yang mengganggu. Melalui proses ini,
ternyata sedikit demi sedikit pembicaraan akan mengarah pada topik tertentu
yang sesungguhnya (secara tak sadar) menjadi perhatian klien. Asosiasi bebas membantu analisis dan pasien untuk menyadari sumber
tak sadar dari suatu permasalahan.
Terkadang teknik tersebut tidak dapat beroperasi secara
bebas. Beberapa pengalaman atau memori tentang
sesuatu terlalu menyakitkan untuk dicerita-kan dan pasien akan enggan
untuk berbicara tentang itu. Freud menyebutnya dengan
resistances.
2.
Analisis mimpi
Freud percaya bahwa mimpi
merupakan representasi dalam bentuk sim-bolik mengenai
keinginan yang ditekan, ketakutan, dan konflik. Klien melaporkan apa yang dimimpikannya dalam asosiasi bebas. Selama tidur, perasaan akan muncul ke permukaan,
meski dalam bentuk lain. Karena begitu menyakitkan dan mengancam,
maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar ditransformasikan ke dalam isi
manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si
pemimpi sebagaimana adanya. Sementara tugas terapis adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan
mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses
terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara
bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna-makna
yang terselubung. Melalui mimpi, hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat
diungkapkan.
1.8. Issue of Human Nature
1.
Determinisme lebih besar daripada free will. Hampir semua yang kita lakukan, pikirkan, dan mimpikan telah ditentukan oleh
insting hidup dan mati.
2.
Keadaan
nature seimbang dengan nurture.
3. Pengalaman masa lampau lebih besar daripada pengalaman masa sekarang. Kepribadian
dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di masa lalu.
4. Universality seimbang dengan uniqueness
5.
Kepribadian dipengaruhi oleh
keseimbangan Equilibrium dibandingkan Growth (kepribadian dipengaruhi
oleh dorongan untuk tumbuh dan berkembang)
6.
Freud selalu memandang sesuatu dari segi negative (Pessimism) daripada selalu
memandang sesuatu dari segi positif
(Optimism).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar