Jumat, 20 Juni 2014

Kepribadian Menurut Freud



1.1.       Sejarah Singkat
Teori psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud, seorang neurolog dari Austria. Beliau lahir di Moravia, 6 Mei 1856 dan meninggal di London, 23 September 1939. Ketika Freud lahir, ayahnya berumur 40 tahun dan ibunya (istri ketiga dari ayah Freud) berumur 20 tahun. Ayahnya sangat ketat dan otoriter. Saat dewasa, Freud mengenang masa kecilnya yang penuh kebencian, dendam, dan marah terhadap ayahnya. Beliau menulis bahwa merasa unggul atas ayahnya pada awal umur dua tahun.
Ibunya ramping dan menarik. Perlakuannya terhadap Freud kecil sangat protektif dan penuh kasih sayang. Freud merasa penuh gairah, situasi yang menyusun tingkat dari konsep mendatangnya tentang Oedipus Kompleks (penyimpangan). Banyak dari teori Freud yang menggambarkan pengalaman masa kecilnya dan untuk itu dapat dianggap sebagai autobiografi yang natural. Sepanjang karakteristik dari kepribadian Freud selama hidupnya adalah orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi, ambisi kuat untuk sukses, dan mimpi atas kemenangan dan ketenaran.
Saat di sekolah kedokteran, Freud memulai eksperimen dengan cocaine (pada saat itu cocaine bukan merupakan obat-obatan ilegal dan masih belum diketahui bahwa cocain dapat menyebabkan efek adiktif). Ia menjadi sangat antusias tentang zat tersebut, dan zat ajaib yang akan menyembuhkan banyak penyakit dan menjadi sarana mengamankan pengakuan yang diinginkannya. Karena artikelnya tentang manfaat cocaine, yang kemudian dihakimi sebagai wabah penggunaan cocaine di Eropa dan United States, ia dikritik untuk bagiannya dalam melepaskan wabah cocaine.
Freud belajar selama beberapa bulan di Paris dengan psikiater Jean Martin Charcot, pelopor dalam penggunaan hipnosis. Charcot juga mengingatkan Freud dengan dasar seksual mungkin neurosis. Setelah beberapa tahun dalam praktek klinis, Freud yakin bahwa konflik seksual adalah penyebab utama dari semua neurosis.
Merupakan suatu paradoks bahwa Freud, yang menekankan pentingnya seks dalam kehidupan emosional, mengalami begitu banyak konflik seksual pribadi. Sikapnya terhadap seks negatif. Dia menulis tentang bahaya seks, bahkan bagi mereka yang tidak neurotik. Tindakan seks merendahkan, ia menulis, karena terkontaminasi pikiran dan tubuh. Kehidupan seksnya sendiri pada usia 41 tahun.
Selama 3 tahun, Freud mem-psikoanalisakan dirinya melalui studi mimpinya. Dengan demikian, ia merumuskan banyak teori sekitar konflik neurotik sendiri dan pengalaman masa kecil, seperti yang disaring melalui penafsiran tentang mimpi-mimpinya. Teori Freud, kemudian, dirumuskan awalnya secara intuitif, yang diambil dari pengalaman dan kenangan.

1.2.       Definisi Kepribadian
Freud mengamati faktor-faktor yang tidak disadari (unconscious) sebagai sumber masalah bagi pasien-pasiennya. Ia tidak menjelaskan definisi kepribadian secara tertulis. Bagi Freud, “Tujuan Psikoanalisis hanyalah mengungkapkan ketidaksadaran dalam kehidupan mental”. Konsep bawah sadar menyatakan ada-nya aspek aktivitas kita yang tidak disadari sepenuhnya. Teori kepribadian psiko-analitis mengindikasikan banyak perilaku kita, mungkin sebagian besarnya, ditentukan oleh kekuatan bawah sadar, dan banyak energi fisik kita yang dicurahkan untuk menemukan ekspresi ide bawah sadar.

1.3.       Struktur Kepribadian
Freud membagi struktur kepribadian dalam teori psikoanalisa ke dalam tiga komponen penting, yaitu: id, ego, dan superego. Mereka berinteraksi satu sama lain dan tidak berpisah.
Id
Id merupakan sistem kepribadian yang asli atau struktur kepribadian yang paling mendasar, tempat di mana ego dan superego berkembang. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle). Prinsip kesenangan merujuk pada pencapaian kepuasan sesegera mungkin. Id bersifat menuntut, impulsif, buta, irasional, asosial, egois, dan menyukai kesenangan. Untuk mencari pemuasan, seseorang dapat melakukannya melalui tindakan langsung (reflex action) atau melalui peng-imajinasian bahwa dia mendapatkan yang diinginkannya (primary-process thought).
Ego
Fungsi ego adalah untuk mengekspresikan dan memuaskan hasrat id sesuai dengan dua hal: peluang dan hambatan yang ada di dunia nyata, dan tuntutan superego nantinya. Ego mengikuti prinsip kenyataan (reality principle). Ego menurut Freud bersifat logis, rasional, dan toleran terhadap tegangan. Dalam tindakannya, ego dikontrol oleh tiga hal, yaitu: id, superego dan dunia nyata. Dalam mencapai kepuasan, ego berdasar pada proses sekunder. Proses sekunder yang dimaksud adalah berpikir realistis dan rasional.
Superego
Superego merupakan perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita sebagaimana diterangkan orangtua kepada anak mengenai nilai baik, buruk, benar dan salah. Superego merupakan representasi internal aturan moral dunia sosial dan eksternal. Dia berfungsi mengontrol perilaku sesuai dengan aturan-aturan, memberikan imbalan (rasa bangga, menyukai diri sendiri) bagi perilaku “baik” dan hukuman (rasa bersalah, merasa inferior) untuk perilaku yang “buruk” (ego-ideal).

1.4.       Perkembangan Kepribadian
Frued membagi perkembangan kepribadian itu dalam 5 tahap yaitu: oral, anal, phallic, talensi dan genital.
1.    Tahap Oral
Tahap ini berlangsung 1-2 tahun pertama kehidupan. Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Macam-macam aktivitas oral, yaitu: mengisap, menggigit dan menelan makanan. Pada fase ini balita merasa puas bisa makan dan menyusui sehingga terjadi hubungan yang emosional antara anak dan ibu.
Ada 2 cara berperilaku pada tahap ini:
·         Incorporative oral, yang termasuk pada incorporative oral ini adalah makan, minum, mengisap dan mencium.
·         Oral aggressive, ini terjadi jika anak merasa kesakitan, frustasi atau hal lainnya yang mengganggunya.
2.    Tahap anal
Tahapan ini berlangsung antara usia 1 dan 3 tahun. Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di ujung bawah dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu.
Pada fase ini seringkali orang tua merasa direpotkan dengan perilaku balita yang suka buang air sembarangan tanpa memperhatikan waktu dan tempat, sehingga seringkali orang tua menjadi keras ke anaknya dan membuat anak tersebut menjadi gagal melewati fase ini. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan orang dengan kepribadian agresif dan kompulsif, beberapa mengatakan kelainan sado-masokis disebabkan oleh kegagalan pada fase ini.
3.    Tahap phallic
Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genital. Tahap ini terjadi selama umur 4 sampai 5 tahun.
Tahap phallic ini disebut juga dengan fase erotik, fase ini berkembang pada anak umur 3 sampai 6 tahun. Fase tampak  paling menonjol  pada anak laki-laki dimana anak ini suka memegangi penisnya, dan ini seringkali membuat marah orangtuanya. Pada fase ini Frued juga mengemukakan tentang masalah Oediphus dan Electra complex tentang kelekatan anak laki-laki kepada ibunya dan juga ada teori tentang "penis envy" dan ini terjadi pada anak perempuan dimana anak perempuan ini akan dekat kepada bapaknya. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan kepribadian yang imoral dan tidak tahu aturan.
4.    Tahap latensi
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Merupakan tahap yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten. Kegagalan pada fase ini akan menyebabkan kepribadian yang kurang bersosialisasi dengan lingkungannya.
5.    Tahap genital
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan orang lain dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak.
Pada tahap ini anak mulai menyukai lawan jenis dan melakukan hubungan percintaan lewat berpacaran. Dan pada masa ini pula seorang anak akan mulai melepas diri dari orangtuanya dan belajar bertanggung jawab akan dirinya.

1.5.       Proses Kepribadian
Freud memandang organisme manusia sebagai suatu sistem energi yang kompleks. Aspek proses dari teori psikoanalitis Freud, yaitu konseptualisasi dinamis motivasionalnya.
Insting
Insting merupakan sumber segala energi fisik dalam tubuh yang berada dalam kondisi bergejolak sehingga mencari ekspresi dan berusaha mengura-ngi tegangan.
Freud mengklasifikasikan insting ke dalam dua kelompok, yaitu:
1.      Insting hidup, merupakan dorongan yang diasosiasikan dengan insting ego dan seksual; dengan kata lain insting untuk hidup mendorong orang untuk menjaga aspek “keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme”.
2.      Insting mati, merupakan insting yang mengarah pada tujuan organisme untuk mati atau kembali kepada kondisi organis. Menurut Freud, kehidupan hanyalah jalan memutar ke arah kematian.
Kecemasan
Rasa cemas adalah pengalaman emosional menyakitkan yang merepresen-tasikan ancaman atau bahaya kepada seseorang.
Freud membedakan tiga macam kecemasan, yakni kecemasan realitas, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. Kecemasan realitas merupakan rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar. Kecemasan neurotik muncul sebagai konflik akan id dan ego. Kecemasan moral adalah fungsi bagaimana mengembangkan superego dengan baik.
Mekanisme pertahanan mengatasi kecemasan
Mekanisme pertahanan merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan. Mekanisme pertahanan terdiri atas:
1.      Repression: Mekanisme pertahanan dimana pemikiran, ide, atau hasrat dihilangkan dari kesadaran. Represi merupakan mekanisme pertahanan dasar yang terjadi ketika memori, pikiran atau perasaan yang menimbulkan kecemasan ditekan keluar dari kesadaran oleh ego.
2.      Denial: Mekanisme pertahanan dimana realitas internal atau eksternal yang menyakitkan ditolak
3.      Reaction Formation: Mekanisme pertahanan dimana lawan dari impuls yang tidak dapat diterima diekspresikan.
4.      Projection: Mekanisme pertahanan dimana pengendalian pikiran, perasaan, dorongan diri sendiri kepada orang lain
5.      Regression: Mekanisme pertahanan dimana kembali ke masa dimana hidupnya masih menyenangkan dan bebas dari rasa frustasi dan cemas
6.      Rationalization: Mekanisme pertahanan dimana mencoba memberikan dalih yang dapat diterima untuk motif atau tindakan yang tidak dapat diterima
7.      Displacement: Mekanisme pertahanan dimana proses pengalihan perasaan dari objek asli ke objek pengganti
8.      Sublimation: Mekanisme pertahanan dimana mengubah berbagai rangsangan yang tidak diterima ke dalam bentuk-bentuk yang bisa diterima secara sosial

1.6.       Psikopatologi
Psikopatologi adalah studi tentang penyakit mental, tekanan mental, dan abnormal. Psikopatologi terdiri dari dua kata yaitu, pathos dan logos yang mempunyai pengertian  penyimpangan dari kondisi normal ke arah negatif.
1.      Oedipus Complex pada laki-laki
Konflik dasar tahap phallic berpusat pada keinginan bawah sadar anak untuk orang tua dari lawan jenis. Bersamaan dengan itu anak memiliki keinginan bawah sadar untuk mengganti atau menghancurkan orang tua dari jenis kelamin yang sama. Dari identifikasi Freud tentang konflik ini, muncul salah satu konsep yang paling terkenal yaitu: oedipus kompleks.
Freud mengembangkan eodipus kompleks bagian laki-laki lebih lengkap. Di oedipus kompleks, ibu menjadi objek cinta untuk anak laki-laki. Melalui fantasi dan perilaku, ia menampilkan keinginan seksual untuk Ibu. Anak itu melihat ayah sebagai hambatan di jalannya dan menganggap dia sebagai saingan dan ancaman. Ia melihat bahwa ayah memiliki hubungan khusus dengan ibu di mana ia, anak itu, tidak diperbolehkan untuk berpartisipasi. Sebagai hasilnya, anak menjadi cemburu dan kemudian memusuhi ayah. Freud menarik formulasinya tentang eodipus kompleks berdasarkan pengalaman masa kecilnya.
Bersamaan untuk menggantikan ayahnya, ketakutan yang muncul bahwa ayah akan membalas dan membahayakan dirinya. Ia menafsirkan dalam organ seksual, menjadi takut bahwa ayahnya akan memotong organ seksualnya, yang merupakan sumber kesenangan dan keinginan seksual. Freud menyebutnya kecemasan castration. Kecemasan castration adalah ketakutan anak laki-laki selama periode oedipal bahwa organ seksualnya akan dipotong.
2.      Oedipus complex untuk perempuan
Freud kurang menjelaskan tentang konflik phallic pada perempuan, yang beberapa pengikutnya menyebutnya sebagai kompleks electra. Ayah dalam hal ini menjadi objek cinta baru gadis itu. Freud mengatakan karena reaksi gadis itu untuk penemuannya bahwa anak laki-laki memiliki penis dan perempuan tidak (penis-envy). Gadis itu menyalahkan ibunya untuk kondisi yang lebih rendah dan akibatnya kurang mencintai ibunya. Dia bahkan mungkin membenci ibu atas apa yang dibayangkan akan ibu lakukan padanya. Dia kemudian mengalihkan rasa sayangnya pada sosok ayah.
3.      The Phallic Personality
Konflik phallic dan derajat resolusi mereka sangat penting dalam menentukan hubungan dewasa dan sikap terhadap lawan jenis. Penyelesai-an masalah yang buruk akan menyebabkan suatu bentuk intim seperti kecemasan castration dan penis-envy.
Freud menggambarkan kepribadian phallic laki-laki sebagai kurang ajar, sia-sia, dan percaya diri. Pria dengan kepribadian ini mencoba untuk menegaskan atau mengekspresikan maskulinitas mereka melalui kegiatan seperti penaklukan seksual yang berulang. Kepribadian phallic perempuan, didorong oleh penis-envy, melebih-lebihkan feminitas dan menggunakan bakat dan pesonanya untuk menaklukkan laki-laki.

1.7.       Assesment dan Terapi
1.    Asosiasi bebas
Asosiasi bebas dilakukan dengan pembicaraan antara analisis dengan klien, analisis membiarkan pasien mengatakan apapun. Arah pembicaraan tidak ditentukan terlebih dahulu. Psikoanalisis menyakini bahwa segala ekspresi individu, termasuk kata-kata yang diucapkannya, bukanlah kebetulan. Tidak ada kata yang tidak disengaja dan tidak bermakna. Oleh karena itu, pasien tidak dihambat untuk mengatakan apapun, sekalipun pikiran yang muncul dalam diri pasien terkadang terkesan remeh, tak berarti, tak berkaitan satu sama lainnya, bahkan bagi diri pasien sendiri.
Freud menyebut tekniknya sebagai catharsis. Catharsis adalah ekspresi dari emosi yang diharapkan dapat mengarah pada pengurangan gejala yang mengganggu. Melalui proses ini, ternyata sedikit demi sedikit pembicaraan akan mengarah pada topik tertentu yang sesungguhnya (secara tak sadar) menjadi perhatian klien. Asosiasi bebas membantu analisis dan pasien untuk menyadari sumber tak sadar dari suatu permasalahan.
Terkadang teknik tersebut tidak dapat beroperasi secara bebas. Beberapa pengalaman atau memori tentang sesuatu terlalu menyakitkan untuk dicerita-kan dan pasien akan enggan untuk berbicara tentang itu. Freud menyebutnya dengan resistances.
2.        Analisis mimpi
Freud percaya bahwa mimpi merupakan representasi dalam bentuk sim-bolik mengenai keinginan yang ditekan, ketakutan, dan konflik. Klien melaporkan apa yang dimimpikannya dalam asosiasi bebas. Selama tidur, perasaan akan muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya. Sementara tugas terapis adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna-makna yang terselubung. Melalui mimpi, hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan.

1.8.    Issue of Human Nature
1.      Determinisme lebih besar daripada free will. Hampir semua yang kita lakukan, pikirkan, dan mimpikan telah ditentukan oleh insting hidup dan mati.
2.      Keadaan nature seimbang dengan nurture.
3.      Pengalaman masa lampau lebih besar daripada pengalaman masa sekarang. Kepribadian dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di masa lalu.
4.      Universality seimbang dengan uniqueness
5.      Kepribadian dipengaruhi oleh keseimbangan Equilibrium dibandingkan Growth (kepribadian dipengaruhi oleh dorongan untuk tumbuh dan berkembang)
6.      Freud selalu memandang sesuatu dari segi negative (Pessimism) daripada selalu memandang sesuatu dari segi positif (Optimism).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar