Kamis, 19 Juni 2014

"Kognisi & Bahasa" PUM II



DEFENITION OF COGNITION
PENGERTIAN KOGNISI
Kognisi dapat didefenisikan sebagai proses intelektual (seperti berpikir memori persepsi dan bahasa). Mari kita analisis defenisi rumit dan tiga aspek utama:
1.      Cognition processes information à informasi adalah hal kognisi: hal-hal yang diperoleh , diubah, disimpan dan digunakan. Banyak dari informasi ini dibahas dalam bentuk kategori atau konsep,subjek bagian bagian berikutnya.
2.      Cognition is active à informasi bahwa dunia memberi kita berubah secara aktif, disimpan, dan digunakan dalm proses kognisi. Dalam kognisi, informasi adalah:
a)      Diperoleh melalui indera.
b)      Berubah melalui proses penafsiran persepsi dan berpikir.
c)      Disimpan dan diambil melalui proses memori.
d)     Digunakan dalam pemecahan bahasa dan masalah.
3.      Cognition is useful à ini melayani tujuan. Kami menggunakan bahasa ketika kita perlu menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Manusia menggunakan kognisi untuk bertahan hidup secara fisik dan hidup dalam dunia sosial.

CONCEPTS: THE BASIC UNITS OF THINKING
            Konsep adalah unit dasar pemikiran. Konsep adalah kategori umum, kejadian dan kualitas yang dihubungkan oleh sebuah fitur umum atau fitur meskipun terdapat perbedaan-perbedaan mereka
SIMPLE AND COMPLEX CONCEPTS
Conjunctive Concepts didefenisikan karakteristik atau lebih yang di tunjukkan secara bersamaan. Konsep bibi adalah contoh dari konsep penghubung karena memiliki dua karakteristik mendefenisikan simultan (perempuan dan saudara dari salah satu orang tua anda). Disjunctive Concepts didefenisikan oleh kehadiran satu karakteristik umum atau yang lain, atau keduanya. Sebagai contoh, seseorang mungkin dianggap schizoprenic jika ia terus menerus telah disorted pengalaman persepsi (seperti mendengar suara-suara aneh yang tidak ada) atau terus menerus memegang keyakinan disorted palsu (seperti percaya bahwa ia adalah agen raja atau CIA) atau keduanya. Orang schizoprenic adalah konsep disjunctive karea didefenisikan oleh kehadiran salah satu dari dua karakteristik atau keduanya.
NATURAL CONCEPTS
Rosch menunjukkan bahwa, berdasarkan manusia dilahirkan kami siap mempelajari beberapa konsep lebih mudah daripada yang lain. Menurut Rosch, konsep alami memiliki dua karakteristik utama: they are basic dan prototypical.
Natural Concepts Are Basic sebuah dasar adalah salah satu yang memiliki tingkat menengah inklusivitas, inklusif cukup refresh untuk jumlah anggota termasuk konsep. Ada tiga tingkat inkluisivitas yang telah dibedakan Rosch:
·   Superordinate Concepts are Very Inclusive à oleh karena itu, mereka mengandung menyapa banyak anggota. Misalnya, kendaran adalah konsep superordinate yang berisi semua dari sekian banyak mobil,kapal,peasawat,kereta, dan sebaiknya yang membawa beban.

·   Basic Concepts of Medium Degree of Inclusiveness à mobil adalah contoh dari konsep dasar karena kurang inklusif daripada kendaraan knsep superordinate, namun kategori ini masih termasuk banyak anggota.

·   Subordinate Concepts are The Least Inclussive Level of Concepts à misalya, konsep mobil sport bawahan termasuk anggota jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mobil konsep dasar atau konsep superordinate kendaraan.
Selain itu, Rosch juga menunjukkan bahwa konsep dasar yang lebih alami karenanya lebih mudah dipelajari dan digunakan, diantaranya :
a)   Basic Concepts Share Many Attribute à  sebagai contoh, para anggota obeng semua konsep dasar digunakan untuk mengubah sekrup, memiliki tonjolan logam, memiliki pegangan, biasanya 4 sampai 10 inci panjangnya, dan sebagainya. Anggota katagori superordinat alat memiliki karakteristik jauh lebih sedikit kesamaan. Meskipun anggota dari kategori bawahan berlapis krom obeng memiliki banyak karakteristik, hanya beberapa dari mereka juga tidak umum untuk konsep obeng ( Jones, 1983).
b)   Members of Basic Concepts Share Similiar à semua obeng (konsep dasar) yang berbentuk hampir sama tetapi dapat dikatakan tidak sama tentang semua alat ( konsep superordinat). Bentuk dari semua berlapis krom obeng (konsep subordinat) sangat mirip.

c)   Members of Basic Concepts Often Share Motor Mocvements à gerakan motor yang terkait dengan anggota tingkat dasar konsep yang serupa (memutar obeng) tapi tidak bisa dikatakan sama untuk konsep superordinate (gerakan motor untuk menggunakan berbagai jenis alat yang sangat berbeda). Anggota konsep subordinate seperti berlapis krom obeng juga berbagi gerakan motor,  tapi mereka umumnya sama atau mirip dengan konsep dasar mereka berasal.

d)  Basic Concepts are Easily Named à jika anda diminta untuk menyebutkan setengah lusin objek dalam kelas anda, sebagian besar kata-kata yang akan anda gunakan mungkin akan mengacu pada konsep dasar dimana milik tersebut. Ketika mengacu pada obeng berlapis krom, kita cendrung untuk mengatakan obeng bukan alat atau berlapis krom obeng.

            Rosch percaya bahwa keempat karakteristik dari konsep dasar membuat mereka lebih “Alami” –lebih mudah dipelajari dan digunakan pada manusia informasi-sistem pengolahan.
NATURAL CONCEPTS ARE GOOD PROTOTYPES
            Karakterstik mendefinisikan kedua konsep alami adalah bahwa mereka adalah contoh yang baik atau prototype ( Rosch,1975). Jika anda dimintauntuk memberikan contoh, atau prototype dari mainan konsep superordinat, anda mungkin mengatakan boneka atau mainan truk pemadam kebakaran, tetapi anda tidak mungkin untuk mengatakan sendbox. Demikian pula, anda mungkin berfikir tebtang kursi atau sofa sebagai prototype dari konsep superordinat furniture, tetapi anda tidak akan berfikiran kalau itu karpet. Dalam penelitiannya dengan suku Dani of New Guinea, Rosch (1973) telah memberikan bukti untuk mendukung gagasan menarik bahwa konsep alami adalah prototype yang bagus. Suku ini, yang memiliki teknologi sangat terbatas pada tahun 1970, memiliki konsep warna hanya dalam dua kosakata: mola untuk warna terang dan mili untuk warna gelap. Oleh karena itu, orang-orang ini adalah orang yang ideal untuk penelitian pada konsep belajar warna baru. Peserta penelitian Dani Rosch diajarkan untuk memberikan label .
BERPIKIR DAN PENYELESAIAN MASALAH
PENGERTIAN PENYELESAIAN MASALAH
            Tanpa adanya sebuah konsep untuk memahami sesuatu, mustahil kita dapat menyelesaikan suatu permasalahan. Karena jika kita mengerti tentang konsep suatu hal, maka kita akan lebih memahami apa isi dari pemikiran tersebut. Saat kita berpikir, maka kita sedang menggunakan kemampuan kognitif kita dalam proses berpikir dan menyelesaikan masalah. Disini kita akan membicarakan proses umum bagaimana kita memecahkan masalah. Menurut Lahey, definisi dari penyelesaian masalah adalah sebagai proses berpikir melalui informasi yang didapat untuk mencapai suatu tujuan  yang disana terdapat beberapa kendala/masalah.

TAHAPAN DALAM PEMECAHAN MASALAH
            Ada 3 cara yang melibatkan proses mental/kognisi dalam menyelesaikan masalah yang harus dilakukan secara berurutan, yaitu pertama kita harus merumuskan suatu masalah untuk memutuskan jenis masalah yang bagaimana yang sedang kita hadapi. Kedua, kita butuh untuk mengevaluasi unsur-unsur masalah tersebut agar kita dapat memutuskan cara apa dan informasi yang bagaimana yang kita butuhkan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dan akhirnya, kita perlu untuk membentuk daftar solusi dan mengevaluasinya.
3.2.1        MERUMUSKAN MASALAH
Sebelum kita dapat memecahkan masalah, kita harus bisa menjelaskannya secara jelas dan spesifik. Kadang-kadang masalah yang kita hadapi itu sudah jelas. Contohnya, saya haus, tetapi saya tidak punya air; apa yang harus saya lakukan? Di saat yang lain, sifat dasar suatu masalah tidak begitu jelas terlihat. Oleh karena itu, untuk memecahkan suatu masalah, kita harus mengetahui apa masalah sebenarnya.Seperti yang dikatakan oleh Micahel Posner (1973), kunci untuk pemecahan masalah yang efektif biasanya adalah rumusan awal masalah itu sendiri
           
MEMAHAMI DAN MENGATUR UNSUR-UNSUR DARI MASALAH
            Setelah merumuskan masalah, unsur-unsur yang tersedia dalam masalah tersebut, seperti informasi dan sumber sumber lain yang tersedia untuk kita. Seringkali pemecahan masalah yang efektif mengharuskan kita fleksibel dalam menafsirkan makna dan kegunaan unsur-unsur tersebut. Dan banyak masalah di kehidupan yang membutuhkan wawasan untuk menyusun kembali unsur-unsur masalah tersebut. Terkadang, pemecahan masalah yang efektif membutuhkan kita sebagai penerjemah dan pengguna alat yang fleksibel. Salah satu hal dimana pemecahan masalah oleh manusia agak diduga keliru karena kita sring tidak cukup fleksibel dalam mengevaluasi bagian-bagian dari suatu masalah.
Dalam mengevaluasi bagian-bagian dari suatu masalah, kita biasanya dibatasi dan terjebak oleh “rutinitas mental”, atau dalam istilah psikologi, kita terjebak dalam mental set. Mental set diartikan sebagai cara yang sudah biasa dilakukan dalam mendekati atau melihat suatu masalah. Karena masalah sering membutuhkan cara baru dan fleksibel dalam menggunakan bagian-bagiannya, cara yang biasa dalam melihat bagian-bagian dari masalah tersebut dapat menghalangi proses pemecahan masalah.
MENGHASILKAN DAN MENGEVALUASI SOLUSI ALTERNATIF
            Seringkali suatu masalah memiliki lebih dari satu solusi untuk menyelesaikannya. Strategi kognitif yang digunakan untuk langkah-langkah dalam operasi pemecahan masalah ada 3, yaitu:
            1.         Trial and Error merupakan suatu bentuk pendekatan dalam menyelesaikan                       masalah yang sering kita gunakan.  Trial and error adalah solusi acak yang                mungkin dari digunakan untuk menyelesaikan masalah.
            2.         Algoritma adalah pola penalaran sistematis yang menjamin menemukan                             solusi             yang tepat untuk suatu masalah.
            3.         Heuristik adalah strategi berpikir aturan atau cara pintas mental yang pintar                       dan kreatif yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah lebih                mudah dan cepat tetapi tidak menjamin solusi yang tepat.

3.3     FAKTOR EMOSIONAL DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN
            Kita seringkali berpikir jika dalam penyelesaian masalah hanya menggunakan proses mental, namun ternyata seringkali dalam membuat keputusan itu tidak berdasarkan logika. Dalam situasi bebeda, faktor kognitif dan emosi bekerja bersama untuk mengetahui persepsi kita terhadap resiko. Banyak orang merasa bahwa mereka merasa lebih aman berkendara di dalam mobil daripada berada di atas pesawat terbang tetapi penelitan berkata bahwa kita lebih aman berada di udara.
Kenapa kita banyak yang salah sangka terhadap penerbangan udara? Salah satu alasannya adalah karena kecelakaan pesawat lebih sering terlihat di publik daripada kecelakan mobil karena lebih banyak orang yang meninggal ketika pesawat jatuh. Alasan lain adalah gambaran jatuh dari langit dan mengalami kecelakaan memiliki dampak yang luar biasa terhadap emosi dalam pemikiran kita. Bayangan kecelakaan mobil bagi sebagian besar kita tidak begitu menakutkan dibandingkan dengan kecelakaan pesawat.
  
PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF : BERPIKIR  
 KONSEP BERPIKIR
            Kreativitas sangat dihargai dalam budaya kita, tetapi itu adalah konsep yang susah untuk didefinisikan. Tetapi ada definisi ilmiah tertentu telah diterima secara luas di kalangan peneliti dan ada perbedaan antara cara-cara di mana para ilmuwan mendefinisikan kreativitas dan cara berpikirnya oleh mereka dalam seni. Menurut Stenberg, berpikir kreatif adalah kombinasi dari flexibilitas dalam berpikir dan menyusun kembali pemahaman untuk memproduksi ide yang inovatif dan solusi baru. Guilford (1950,1967) mengemukakan konsep dari berpikir yang memberikan kerangka kerja yang sangat baik untuk pemahaman kreativitas. yaitu :
1.         Berpikir konvergen adalah pemikiran yang logis, nyata, lazim dan berfokus pada masalah sampai solusinya ditemukan.
2.         Berpikir divergen adalah cara berpikir yang tidak diatur, hanya diarahkan sebagian, dan tidak lazim.
PENGERTIAN KREATIVITAS
            Kreativitas seseorang mungkin merupakan hasil dari kecerdasan. Kebanyakan dari orang-orang yang yang kita anggap sangat kreatif juga sangat cerdas. Namun, beberapa peneliti dalam wilayah kreativitas percaya bahwa berpikir kreatif mempunyai batas tertentu terpisah dari kecerdasan umum.
PROSES KREATIF
            Tanpa memperhatikan kemampuan individu, bagaimana proses kreatif terjadi? Bertahun-tahun yang lalu, Wallas menyarankan bahwa pemecahan masalah secara kreatif biasanya berlangsung dalam empat langkah, yaitu :
            1.         Tahap persiapan merupakan tahap awal untuk merumuskan masalah, meng -                    ingat fakta-fakta yang berhubungan, dan berpikir tentang solusi yang mungkin                         terjadi.
2.         Tahap inkubasi adalah tahap masa istirahat. Pada saat ini orang yang men - coba untuk memecahkan masalah yang sulit yang membutuhkan solusi kreatif, umumnya merasa perlu untuk mengatur tersebut untuk sementara waktu   setelah masa persiapan awal.
3.         Tahap iluminasi adalah masa dimana seseorang mengacu pada wawasan yang muncul secara tiba-tiba yang berkaitan dengan solusi.
4.         Tahap terakhir yaitu tahap verifikasi adalah tahap yang melibatkan langkah penting tapi kadang-kadang antiklimaks dari pengujian solusi.

KERAGAMAN BUDAYA MEMPENGARUHI POLA PIKIR
            Penelitian psikologi telah mengungkapkan beberapa hal penting di mana orang dibesarkan dalam budaya yang berbeda mempunyai cara berpikir yang berbeda juga. Sebuah penelitian dilakukan kepada murid-murid yang berkewarganegaraan Amerika dengan murid-murid yang berkewarganegaraan Jepang. Pada penelitian ini, mereka disuruh untuk melihat pemandangan dibawah air yang disana terdapat ikan-ikan kemudian mereka berpaling dan menjelaskan apa yang telah mereka lihat. Dan hasilnya adalah ketika murid-murid yang berkewarganegaraan Amerika melihat pemandangan bawah laut tersebut dan berpikir tentang apa yang mereka lihat, mereka biasanya mulai menjelaskan tentang ukuran ikan (besar-kecil), kecerahan, ataupun hal-hal yang menarik perhatian. Dalam kasus ini, mereka fokus kepada ikan yang berukuran besar dan apa yang dilakukannya. Sangat berbeda dengan murid-murid yang berkewarganegaraan Jepang, mereka biasanya mulai menjelaskan tentang dasar tempat tersebut dan berkata bahwa dasarnya berbatu dan airnya berwarna hijau. Mereka biasanya berdiskusi tentang bagaimana interaksi antara ikan dengan dasarnya seperti ikan yang besar berenang ke arah rumput laut.
            Berdasarkan temuan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa orang Amerika biasanya menganalisis setiap objek secara terpisah, yang mana disebut analisa pemikiran. Berbeda dengan orang Asia (Jepang, Cina, dan Korea) lebih berpikir tentang hubungan antar objek dan backgroundnya/latarnya, yang mana disebut dengan berpikir holistik. Peneliti berkesimpulan bahwa faktor kebudayaan mempengaruhi bagaimana kamu berpikir lebih dari yang kamu sadari.



BAHASA : SIMBOL KOMUNIKASI
   PENGERTIAN BAHASA
            Bahasa adalah satu dari pencapaian kognitif yang paling signifikan dari manusia. Pengertian bahasa adalah bentuk khusus dari komunikasi yang melibatkan pembelajaran aturan yang kompleks untuk membuat dan menggabungkan simbol (kata dan sikap) ke dalam kalimat bermakna. Tanpa bahasa, kemampuan kita untuk menyampaikan informasi, mendapat pengetahuan, dan bekerja sama dengan orang lain akan sangat terganggu. Semua anak di setiap budaya menguasai sistem bahasa asli mereka yang rumit, kecuali jika ada deprivasi atau masalah fisik berat yang menginterferensinya. Pengetahuan ini luar biasa, paling sedikit bunyi,makna, kata-kata, dan sekuensi kata-kata, volume, nada suara, infeksi(perubahan nada suara) dan aturan penggiliran semuanya harus dikoordinasikan sebelum seorang anak dapat seorang anak dapat berkomunikasi secara efektif dalam percakapan.
            Bagaimanakah bahasa itu berkembang? Kemungkinan besar ada banyak faktor antara biologis dan pengalaman yang berperan dalam perkembangan bahasa.  Kita mengetahui bahwa budaya berperan penting dengan menentukan perangkat bahasa yang dibutuhkan dalam kehidupan orang-orang. Anak- anak mengembangkan bahasa selama mereka membangun kemampuan kognitif lain dengan secara aktif memahami apa yang mereka dengar, mencari pola-pola dan menyusun aturan-aturan.
            Kejadian penting bayi dalam perkembangan bahasa adalah menangis (lahir), mendekut ( usia 1-2 bulan), celotehan (usia 6 bulan),transisi dari seorang ahli linguistik universal menjadi pendengar bahasa yang spesifik (6 hingga 12bulan), menggunakan bahasa (8-12 bulan),pemahaman kata ( 8 hingga 12 bulan), pengucapan kata-kata pertama(13 bulan), ledakan kosa kata (18 bulan), perkembangan pemahaman kata-kata dengan pesat (18 hingga 24 bulan) dan ucapan-ucapan dua kata (18 hingga 24 bulan ).
            Sementara itu perkembangan bahasa anak-anak selama usia sekolah pada usia 5 atau 6 tahun ( kanak-kanak menengah dan akhir), kebanyakan sudah menguasai dasar-dasar bahasa aslinya. Maka pada fase ini, anak-anak semestinya menguasai tentang pelafalan,tata bahasa, perbendaharaan kata dan arti kata.
            Di masa remaja, perubahan bahasa mencakup penggunaan kata-kata yang lebih efektif, peningkatan kemampuan memahami metafora dan karya-karya literatur dewasa,serta peningkatan kemampuan menulis. Pada masa remaja, individu-individu sangat mahir memvariasikan gaya bahasanya agar pas dengan situasinya. Jadi, mereka dapat berbicara dengan teman sebayanya dengan bahasa slang yang bagi orang dewasa terdengar tidak ada artinya, tetapi bahasa itu merupakan tanda bahwa remaja yang bersangkutan adalah anggota kelompok tertentu.
 Bagaimana kita bisa menjawab “ Apa kaitan antara bahasa dan berfikir?”. Secara emosional, terdapat dua isu utama dan terpisah terkait eksplorasi hubungan antara bahasa dan kognisi yaitu apakah kognisi penting untuk bahasa dan apakah bahasa penting untuk kognisi. Untuk persoalan pertama, beberapa ahli menyatakan bahwa perkembangan bahasa dan kognitif terjadi secara beriringan namun independen.
Meskipun demikian, tetap ada kaitanya antara aktivitas kognitif dan bahasa pada anak. Pemikiran (kognitif) tampaknya dapat mempengaruhi bahasa dan begitu juga sebaliknya,namun bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa bahasa dan pemikiran bukan bagian dari sebuah sistem kognitif tunggal dan otomatis, melainkan berevolusi sebagai modul-modul yang terpisah, yang secara biologis mempersiapkan komponen pemikiran.

  STRUKTUR BAHASA
            Untuk memahami bagaimana bahasa berkembang dan berkaitan dengan pikiran, kita perlu melihat beberapa elemen formal dari bahasa. Struktur dasar dari bahasa terletak pada tata bahasa. Tata bahasa adalah sistem aturan yang menentukan bagaimana pikiran kita dapat diekspresikan. Ada 4 struktur bahasa, yaitu :
1.         Fonem merupakan unit terkecil dari dasar suara/ucapan konsonan dan vokal sedangkan Fonologi merupakan studi tentang fonem. Setiap ucapan dihasilkan dari berbagai macam bunyi yang berbeda.Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.
Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/. Karena itu setiap bahasa memiliki jumlah fonem yang berbeda-beda satu sama lain namun prinsip penggunaanya tetap sama.

            2.         Morfem merupakan unit terkecil dari makna dalam bahasa. Suatu gramatika terkecil yang memiliki makna dengan kata terkecil, artinya satuan itu tidak dapat dapat dianalisi lebih kecil lagi tanpa mengubah makna, contohnya bentuk membeli dapat dianalisis menjadi dua (me) dan (beli) . bentuk beli ini merupakan bentuk morfem, bentuk yang tidak dapat dibagi lagi. Bentuk yang kalau dibagi tidak memiliki arti.

3.         Sintaks/sintaksis merupakan cara dimana kata-kata dan frasa dapat dikombinasi kan untuk membentuk kalimat. Syntax ini membahas bagaimana kalimat itu disusun, dan syntax juga membahas bagaimana manusia sebagai umat yang berbahasa menggunakan berbagai variasi tentang susunan-susunan element tersebut dalam kalimat.penyusunan ini lebih mengacu pada grammar, yaitu aturan aturan yang harus dioerhatikan dalam pembuatan kalimat agar kalimat itu memberikan makna yang jelas .

            4.         Semantik merupakan aturan terkait dengan arti dari kata-kata dan kalimat.


BAHASA DAN PEMIKIRAN
          Hubungan antara bahasa dan pemikran pertama kali diungkapkan oleh Benjamin Whorf (1956) dan dikenal dengan hipotesis Whorfian atau hipotesis kerelatifan bahasa yang memiliki gagasan bahwa susunan bahasa dapat mempengaruhi cara orang berpikir. Dalam hipotesis ini. Whorf membahas tentang dampak bahasa yang berbeda pada pemikiran orang-orang dari budaya yang berbeda.  Benjamin Lee Whorf adalah salah seorang murid Edward Sapir (1939 – 1884). Mereka berdua sangat memahami konsep-konsep bahasa yang dikemukakan sarjana-sarjana Eropa. Sapir dan Whorf memiliki hipotesis yang dikenal dengan nama hipotesis Sapir-Whorf. Di dalam hipotesis itu dikemukakan bahwa bahasa bukan hanya menentukan corak budaya, tetapi juga menetukan cara dan jalan pikiran manusia dan oleh karena itu memepengaruhi pula tindak lakunya. Beliau juga mengemukakan bahwa hipotesisnya ini melibatkan hubungan antara bahasa dan persepsi. Sebagai contoh, orang Eskimo mempunyai beberapa kata untuk mendeskripsikan berbagai macam jenis salju dan dapat membedakan jenis-jenis salju tersebut daripada, misalnya orang yang tinggal di Florida. Apakah kemampuan orang Eskimo tersebut dapat membuat mereka memiliki persepsi yang berbeda tentang salju? Whorf mengemukakan bahwa tambahan kata di dalam bahasa Eskimo tersebut meningkatkan persepsi visual mereka.
Tes Hipotesis Whorfian dilakukan dalam suatu eksperimen yang mencari tahu apakah setiap bahasa memiliki kata yang mendeskripsikan suatu tipe kepribadian. Sebagai contoh, kita semua tahu bahwa orang dengan “tipe artistik” adalah orang yang tertarik dalam hal seni, imaginatif, dan kreatif. Sementara itu di dalam bahasa Cina tidak terdapat kata yang sama untuk mendeskripsikan kata “artistik”, tetapi terdapat kata yang tidak ada di dalam bahasa lainnya.
            Contohnya, orang dengan tipe “shen cang bu lou” diketahui oleh orang yang berbahasa Cina sebagai orang yang penuh dengan pengetahuan tetapi sangat malu untuk menunjukkan keahliannya kecuali jika sangat diperlukan.
Relativitas linguistik ini membuat kita mentelaah kembali bahasa yang ada di dalam bahasa kita sendiri. Misalnya dalam bahasa Inggris chairman (bahasa Indonesia: ketua) telah diubah menjadi chairperson. Karena jika hipotesis Whorfian benar, maka chairman membuat kita berpikir bahwa yang pantas menjadi ketua hanyalah gender laki-laki (man), bukan perempuan.
BAHASA HEWAN
            Seperti yang kita tahu, manusia bukanlah satu satunya makhluk hidup di dunia yang mempunyai bahasa untuk mengungkapkan komunikasinya, walaupun mungkin bahasa kitalah yang paling sempurna untuk dapat berkomunikasi.
 BISAKAH KITA BERBICARA KEPADA HEWAN?
          Lebah contohnya, Bahasa lebah itu adalah bahasa yang terbentuk dari bau dan tarian. Apabila seekor lebah menemukan air madu atau tepung sari bunga, maka segeralah lebah tersebut pulang kesarangnya. Lalu memulai menari didepan kawanan lebah yang ada di sarangnya. Lebah itu terbang menari-nari sambil membuat lingkaran-lingkaran kecil. Tarian ini tentunya menarik perhatian lebah-lebah yang lainnya dan merupakan isyarat bagi mereka bahwa lebah yang sedang menari itu telah menemukan suatu tempat yang ada air madu dan tepung sari bunga. Lebah-lebah madu yang lainnya dapat pula mencium bau dari yang dibawa pulang oleh si lebah penemu tadi. Dengan demikian, lebah-lebah yang lain sudah bisa mengetahui jenis madu dan bagaimana rasa madu yang akan mereka garap nantinya.
Apabila lebah penemu itu menari-nari dengan penuh gairah dan bersemangat sekali, maka itu berarti tempat penemuaannya itu terdapat banyak sekali persediaan makanan. Maka akan lebih banyak pula jumlah lebah pekerja yang akan berangkat beramai-ramai ke tempat itu untuk mengambil bahan makanan. Para lebah-lebah Pekerja itu akan bersama-sama mencari dan mendatangi tempat itu. Tarian lebah itu menerangkan bahwa ada terdapat air madu atau tepung sari bunga yang dapat diperolehnya. Bau di tubuh lebah yang terdapat pada lebah penemu itu juga telah menjelaskan jenis bunga yang akan mereka garap nantinya. Sekaligus mereka juga mengetahui apakah yang akan mereka angkut itu air madu atau tepung sari bunga. Kegairahan tarian yang bersemangat itu menggambarkan berapa besar jumlah makanan yang harus mereka angkut.
Tetapi bahasa isyarat tarian lebah ini hanya berlaku untuk menunjukkan letak sumber bahan makanan yang jaraknya tidak lebih dari 100 meter dari sarang lebah. Apabila seekor lebah menemukan sumber bahan makanan yang letaknya lebih jauh, lebih dar 200 meter maka ia akan pulang kesarangnya dan memepertunjukkan jenis tarian lebah yang lain lagi. Kali ini lebah tersebut tidak akan menari-nari dengan membuat lingkaran-lingkaran kecil. Melainkan dengan membuat sebuah tarian dengan ekornya sambil membentuk angka 8. Dengan mengoyang-goyangkan ekornya, lebah tersebut menyambung kedua bentuk lingkaran pada angka delapan itu dengan satu garis lurus, dengan cara menggoyang-goyangkan ekor atau bagian belakang tubuhnya dari kiri ke kanan.
Tentu saja sebagai tambahan keterangan terhadap yang lainnya itu, maka tarian goyang ekor lebah itu sekaligus pula menerangkan berapa jauh jarak yang harus ditempuh untuk sampai ketujuan dan kearah mana mereka harus terbang. Jumlah gerak lekuk pada setiap menit menunjukkan seberapa jauh jarak sumber makanan itu. Semakin jauh jarak sumber makanan itu, maka semakin kurang bentuk angka 8 yang dibuat oleh lebah itu. Misalnya, 11 kali gerak gerak lekuk dalam setiap menit berarti 3000 yard jauhnya tempat yang akan dituju. Garis yang dibuat oleh lebah itu antara kedua lingkaran dalam lukisan angka 8 itu menunjukkan arah mana letak tempat itu. Lalu apakah yang lebah gunakan sebagai pedoman arah? Tidak lain adalah matahari. Garis penunjuk arah ini ditarik sehubungan dengan letak matahari melintasi angkasa. Dengan demikian, lebah-lebah yang lainnya akan segera melihat sudut yang dibentuk oleh garis itu dengan letak matahari. Oleh karenanya seekor lebah tidak akan pernah kehilangan arah.
 


DAFTAR PUSTAKA

Lahey, Benjamin B. (2005), Psychology An Introduction 9th edition. New York: McGraw-Hill Book Company

King Laura A. (2010 ) Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif  Jakarta: Salemba Humanika
 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar